SERI WEBINAR DISKUSI PUBLIK: MENINJAU MASA DEPAN SMK DALAM GONCANGAN EKONOMI PASCA PANDEMI COVID-19

0
620

Diskusi publik kedua Article 33 Indonesia terkait dengan studi SMK yang dilakukan pada tahun 2019 kali ini dilakukan secara daring. Seri Webinar Diskusi Publik: MENINJAU MASA DEPAN SMK DALAM GONCANGAN EKONOMI PASCA PANDEMI COVID-19 dilakukan melalui aplikasi rapat/pertemuan daring pada hari Rabu, 20 Mei 2020. Diskusi kali ini dipimpin oleh Lukman Hakim, peneliti senior Article 33 Indonesia, selaku moderator diskusi. Article 33 Indonesia menghadirkan Dr. Ir. M. Bakrun, M.M. (Direktur Sekolah Menengah Kejuruan KEMENDIKBUD) sebagai perwakilan pemerintah dalam memberikan sudut pandang terkait tema diskusi, Ibu Petra W. Bodrogini (peneliti pendidikan), serta Bapak Faisal Basri (pengamat ekonomi). Webinar diskusi publik ini dihadiri oleh sekitar 90 peserta (dikarenakan koneksi peserta yang terkadang tersambung dan terputus, jumlah peserta menjadi bertambah dan berkurang sewaktu-waktu), yang sebagian besar peserta adalah Kepala SMK dan guru SMK dari seluruh Indonesia.

Pemberi materi pertama, Ibu Petra (peneliti pendidikan), memaparkan data-data mengenai gambaran umum dari sistem pendidikan SMK di Indonesia pada masa pandemi COVID-19. Beliau juga memaparkan data sektor terdampak pandemi yang dapat memengaruhi penyerapan tenaga kerja lulusan SMK terutama pada lulusan tahun 2020. Beberapa hal yang ditekankan oleh Ibu Petra antara lain terkait dengan tantangan serta peluang sekolah, siswa SMK maupun lulusan SMK pada masa pandemi COVID-19. Salah satu tantangan yang sangat dipengaruhi kondisi pandemi adalah link and match dengan industri terkait. Ketidakpastian kondisi ekonomi saat pandemi dapat membuat industri menutup peluang bagi para pencari kerja. Selain itu pembelajaran daring yang dilakukan oleh siswa SMK belum tentu dapat mengakomodasi kebutuhan belajar siswa secara maksimal terutama dalam hal praktik di laboratorium/bengkel atau praktik kerja di industri. Namun di sisi lain SMK memiliki peluang antara lain untuk memperbaiki sistem dan program-program serta memperkuat kurikulum yang sudah ada sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi akibat pandemi. Selain itu SMK juga berpeluang untuk membuka program bagi siswa drop out atau karyawan yang dirumahkan untuk upskilling dan reskilling secara daring. Pada akhir pemaparannya, Ibu Petra menstimulasi diskusi dengan menyampaikan materinya mengenai penerapan kerangka kerja pembukaan kembali sekolah bagi SMK yang terbagi ke dalam 3 tahap; (1) prior to reopening, (2) part of reopening process, dan (3) with schools reopened (UNICEF, UNESCO, World Bank, WFP, 2020). Paparan ditutup dengan rekomendasi mitigasi pandemi COVID-19 dari Article 33 Indonesia yang disampaikan oleh Ibu Petra, dengan menekankan supply dan demand antara SMK dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Narasumber yang selanjutnya memberikan materi adalah Dr. Ir. M. Bakrun, MM selaku Direktur Pembinaan SMK KEMENDIKBUD. Beliau memulai pemaparan dengan menjelaskan mengenai Arahan Presiden terkait percepatan pembangunan SDM unggul 2020-2024, yang terdiri dari 5 poin utama yaitu (1) pendidikan karakter, (2) pemberdayaan teknologi, (3) investasi dan inovasi, (4) penciptaan lapangan kerja, serta (5) deregulasi dan debirokratisasi. Kemudian pemaparan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai arah kebijakan dan refocusing pengembangan SMK. Pada bagian ini, Bapak Bakrun menjelaskan mengenai pergeseran paradigma “kebekerjaan” bagi lulusan SMK, salah satunya dengan mempersiapkan lulusan SMK untuk berkarya dan mandiri dalam mengisi maupun menciptakan peluang kerja terampil digital. Hal ini terjadi karena melihat peluang bagi siswa maupun lulusan SMK untuk mandiri melalui digital platform dan online marketplace, dan mendukung peluang tersebut dengan mengisi pembelajaran di SMK dengan creativepreneur, agripreneur, technopreneur, sociopreneur, dan ecopreneur. Terakhir, Bapak Bakrun menutup dengan memberikan penjelasan mengenai kebijakan pelaksanaan pendidikan SMK pada masa tanggap COVID-19. Tiga poin penting dalam penjelasan ini adalah (1) pembelajaran praktik yang pada saat ini masih berjalan secara daring tetapi akan kembali kepada pembelajaran luring setelah masa darurat COVID-19 berakhir, (2) PKL/Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan oleh siswa tetapi dipulangkan oleh pihak DUDI menganggap bahwa sisa sudah melakukan PKL sedangkan bagi siswa yang belum melakukan kegiatan PKL akan diganti antara lain dengan project work, kewirausahaan maupun job orientation, serta mengenai (3) uji kompetensi lulusan SMK tahun 2019/2020 terkait dengan tenggat waktu untuk memenuhi LSP-P1, LSP-P3, Lembaga sertifikasi lain, serta uji kompetensi dari DU/DI.

Bapak Faisal Basri memberikan pemaparan terakhir mengenai tantangan SMK pasca COVID-19 dilihat dari perspektif ekonomi. Penjelasan diawali dengan gambaran umum kondisi ekonomi di Indonesia, penjelasan tentang laju pertumbuhan sektor usaha/industri, jumlah penduduk berdasarkan lapangan kerja, serta tingkat pengangguran terutama pengangguran usia muda. Kondisi tersebut secara perlahan juga dikaitkan dengan kondisi terkini saat pandemi COVID-19 dimana tidak sedikit usaha/industri yang merumahkan pekerjanya. Kemudian penyampaian materi dilanjutkan dengan pembahasan mengenai pendidikan vokasi di Indonesia. Bapak Faisal mendeskripsikan gambaran pendidikan vokasi di Jerman yang dapat menjadi salah satu contoh best practices untuk diadaptasikan dalam pendidikan vokasi di Indonesia. Di samping itu, beliau memberikan gambaran mengenai perbandingan mobilitas sosial antar negara yang berkaitan dengan tingkat pendidikan serta pekerjaan penduduk, dimana pada data yang tertera Indonesia berada pada peringkat yang rendah. Penjelasan dilanjutkan dengan pemaparan mengenai kondisi Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19. Beliau menunjukkan data terkait dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak di Indonesia dilihat dari provinsi, serta data tentang jumlah tenaga kesehatan (jumlah dokter dan perawat) serta jumlah tempat tidur rumah sakit di Indonesia. Melalui data dan pemaparan Bapak Faisal, Indonesia tidak terlalu memiliki banyak tenaga kesehatan untuk melakukan pelayanan per 1,000 orang. Selain itu beliau juga menekankan bahwa jumlah dokter dan perawat di daerah-daerah dengan tujuan mudik utama berada pada bawah rata-rata nasional. Begitu pula jumlah tempat tidur rumah sakit pada daerah-daerah yang biasanya menjadi tujuan mudik masih di bawah rata-rata nasional. Pemaparan data ini menimbulkan stimulan dalam diskusi mengenai pilihan jurusan SMK serta penyerapan tenaga kerja lulusan SMK yang dapat bermanfaat pada masa-masa seperti masa pandemi COVID-19.